Search

Selasa, 07 Juni 2011

only love you (part I)

( Tentu kau tak keberatan aku masih memanggilmu kekasih , karena kita pernah sepakat bahwa yang terkasih bukan selalu mereka yang bercinta dengan kita )



Apa kabarmu pagi ini,kekasih ?
tentunya kau masih meringkuk lelap,
bergelung dengan selimut dingin yang mencekat di kotamu.
memimpikan entah apa.
Mudah-mudahan ada aku terselip sekilas,
dalam mimpi-mimpimu pagi ini.

Aku tak bisa tidur,kekasih.
Seperti biasa , terlalu banyak hal yang melintas di kepalaku.
Seandainya kau ada disini,
Aku yakin , kau akan mengingatkanku untuk berpikir
tentang laut biru dan awan putih yang bisa membawa mataku terpejam
dan sekejap hanyut di alam tidur.

Tapi kau tak ada disini.
Dan bukan laut biru dan awan putih yang ada di pikiranku.
tetapi Kau.

Kau , ya kau .
Kau yang seperti kokohnya pohon di musim badai
tempatku menambatkan segala kelemahan jiwa.
Kau yang seperti sekoci kecil yang membawaku keluar dari ombak besar
yang selalu mencoba melumatku.
Kau yang seperti terang di ujung jemari kakiku ,
membawaku pergi dari seok-seok jalan panjang.

Kekasih , aku teringat taman kota itu dan perahu dayung
yang membawa kita pada sebuah kesimpulan
Kita ingin menikmati hijau dedaunan
bersama hingga ia menguning dan luruh
oleh angin musim gugur.
Dan menunggu hingga ujung-ujung cabang itu kembali bertunas dan menghijau kembali.
Untuk kita nikmati lagi bersama.

Aku teringat jembatan kota itu.
Dan sebuah janji yang pernah kita ucap,
akan kita jalani jembatan ini hingga ke ujungnya
(sambil berharap dalam hati,bahwa jembatan ini tidak berujung)

Aku teringat pada teh hangat dalam cangkir merah yang kita nikmati bersama
Sambil berbincang tentang hidup.
Kita selalu berkata , teh yang kita reguk bersama tak akan tandas.
Karena cangkir merah itu tak memiliki dasar.

Tapi kekasih , aku juga ingat,
Di satu hari itu kita di bangunkan oleh satu kenyataan ,
bahwa tunas-tunas baru itu bukan hijau dedaunan yang sama.
ternyata kita telah sampai di ujung jembatan,
dan cangkir kita telah pecah.
Dan genangan teh di lantai telah menguap.
Dan hidup tak selalu bisa di perbincangkan.

Pagi ini aku kemballi teringat,
bahwa awal dan akhir adalah sesuatu yang paling pasti di dalam hidup ini.
Tak ada awal tanpa akhir , dan tak ada akhir tanpa awal.
Mereka adalah keniscayaan.
Berharap tiada akhir adalah sebuah kebodohan besar.
Kita telah melewati awal itu ,
dan kini sudah tiba di titik akhir.

Apa kabarmu pagi ini kekasih ?
tentunya kau masih meringkuk lelap,
bergelung dengan selimut dingin yang mencekat di kotamu.
masihkah kau ingat dengan hijau dedaunan,
jembatan panjang , dan secangkir teh hangat ?
Masih adakah aku ? sekadar sebagai ingatan ?

for my beloved ex.
cr : recconectjr

1 komentar: